Minggu, 06 Oktober 2013

Kondisi Livelihood Pasca Erupsi Merapi


Desa sasaran yang menjadi konsentrasi dalam Pengembangan Ekonomi Produktif (Livelihood) yang mendukung pemukiman kembali Di Propinsi Yogyakarta  meliputi 3 (tiga) kecamatan di 7 (tujuh) desa sedangkan lokasi sasran di Propinsi Jawa Tengah meliputi 5 (lima) kecamatan di 15 (lima belas) desa. Dari semua desa tersebut diatas hanya 19 desa yang terfasilitasi pembangunan huntap untuk para korban erupsi merapi, sedangkan 3 (tiga) di Kabupaten Boyolali tidak ada huntapnya, hal ini dikarenakan ke tiga desa tersebut meskipun berada di KRB III namun tidak terdampak oleh erupsi merapi sehingga tidak ada yang rusak dan pemerintah daerah setempat belum mengeluarkan kebijakan untuk melakukan pemukiman kembali dilokasi – lokasi yang berada di kawasan bencana. Dari desa – desa yang ada di kabupaten magelang seperti Desa Sirahan warga berpindah ke huntap yang ada di Desa Ngawen, Sukorini dan Jumoyo sedangkan warga Desa Blongkeng berpindah ke Desa Ploso Gede dan Jamus Kauman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam peta dibawah ini.
                    
        
Gambar 2.1. Peta terdampak erupsi Merapi 2010

Penyusunan konsep pengembangan ekonomi produktif dilakukan melalui pemetaan umum terhadap kondisi penghuni hunian tetap korban erupsi Gunung Merapi dan mata pencaharian yang menopang perekenomian keluarga dengan mempertimbangkan tiga faktor utama berikut : ketersediaan modal manusia, kemampuan modal sosial , dan dukungan masyarakat dalam melestarikan kelestarian lingkungan. Keterkaitan dari ketiga elemen tersebut, pada dasarnya  merupakan proses dialektika kondisi lingkungan yang baru dalam menghadapi perubahan perilaku sebagai konsekuensi untuk setiap proses yang diambil untuk meningkatkan pendapatan dan penghidupan paska letusan Gunung Merapi.

Keberadaan sumber daya manusia yang didukung oleh interaksi modal sosial merupakan komponen utama dalam proses membangun ekonomi produktif warga hunian tetap (huntap). Kondisi sosial yang tercipta di lingkungan baru menyebabkan tumbuhnya kompleksitas kepentingan individu untuk bertahan dalam situasi yang sulit paska letusan Gunung Merapi dan hidup harmonis bersama budaya yang sebelumnya belum pernah mereka alami. Kondisi prasarana dan sarana infrastruktur serta kapasitas atau keahlian dan aspnek sosial yang telah berkembang selam ini merupakan penghambat tumbuhnya ekonomi produktif. Budaya masyarakat yang menjalani kehidupan secara apa adanya atau sederhana dapat menafikkan kesempatan untuk membangun kehidupan yang lebih baik yang mampu mempercepat pemulihan, menjadikan kegiatan ekonomi memiliki nilai tambah dan berkelanjutan.

Mensikapi kondisi masyarakat huntap tersebut, maka pada Kegiatan Penyusunan Konsep Pengembangan Ekonomi Produktif (Livelihood) Guna Mendukung Permukiman Kembali Melalui Kegiatan Rekompak diprioritaskan untuk mengakomodasi variasi kontekstual sosial budaya warga huntap melalui pendekatan partisipatif untuk mengetahui kondisi penghidupan yang sedang dijalani di lokasi permukiman kembali. Kegiatmemahami saat-saat pemulihan dan membangun kesadaran baru kepada masyarakat . Tim kajian selanjutnya membantu pelaku usaha di huntap untuk mengidentifikasi berbagai kegiatan penghidupan serta pengalamannya sebelum terjadinya erupsi Gunung Merapi serta berbagai aktivitas yang telah berlangsung di huntap. Jalinan komunikasi dalam bentuk dialog mampu membangkitkan kembali kesadaran masyarakat untuk membangun penghidupannya kembali utamanya kehidupan sosial yang bermodalkan kebersamaan dan gotong royong.

Fasilitasi warga huntap menjadi bagian penting utamanya dalam membangun kelembagaan yang dapat menjadi ruang inovasi para anggotanya dalam rangka percepatan pemulihan dan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga.  Peran kelembagaan sangatlah penting sebagai langkah strtategis dalam penguatan struktur manajemen, sehingga dinamika sosial warga huntap dapat diarahkan melalui mekanisme koordinasi kegiatan yang efisien dan efektif dalam mencapai tujuan hidup yang berkelanjutan. Secara umum, ada tiga masalah dasar yang dihadapi oleh warga huntap akibat erupsi Gunung Merapi, yaitu masalah lingkungan, ekonomi dan sosial.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar