Desa sasaran yang menjadi konsentrasi dalam Pengembangan Ekonomi Produktif (Livelihood) yang mendukung pemukiman kembali Di Propinsi Yogyakarta meliputi 3 (tiga) kecamatan di 7 (tujuh) desa sedangkan lokasi sasran di Propinsi Jawa Tengah meliputi 5 (lima) kecamatan di 15 (lima belas) desa. Dari semua desa tersebut diatas hanya 19 desa yang
terfasilitasi pembangunan huntap untuk para korban erupsi merapi, sedangkan 3 (tiga)
di Kabupaten Boyolali tidak ada huntapnya, hal ini dikarenakan ke tiga desa tersebut meskipun berada di KRB III namun
tidak terdampak oleh erupsi
merapi sehingga tidak ada yang rusak dan pemerintah daerah setempat belum
mengeluarkan kebijakan untuk melakukan pemukiman kembali dilokasi – lokasi yang
berada di kawasan bencana. Dari desa – desa yang ada di kabupaten magelang
seperti Desa Sirahan warga berpindah ke huntap yang ada di Desa Ngawen, Sukorini dan Jumoyo sedangkan warga Desa Blongkeng berpindah ke Desa Ploso Gede dan Jamus Kauman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam peta dibawah ini.
Gambar
2.1. Peta terdampak erupsi Merapi 2010
Penyusunan konsep pengembangan ekonomi produktif
dilakukan melalui pemetaan umum terhadap kondisi penghuni hunian tetap korban
erupsi Gunung Merapi dan mata pencaharian yang menopang perekenomian keluarga
dengan mempertimbangkan tiga faktor utama berikut : ketersediaan modal manusia,
kemampuan modal sosial , dan dukungan masyarakat dalam melestarikan kelestarian
lingkungan. Keterkaitan dari ketiga elemen tersebut, pada dasarnya merupakan proses dialektika kondisi
lingkungan yang baru dalam menghadapi perubahan perilaku sebagai konsekuensi
untuk setiap proses yang diambil untuk meningkatkan pendapatan dan penghidupan
paska letusan Gunung Merapi.
Keberadaan sumber daya manusia yang didukung oleh
interaksi modal sosial merupakan komponen utama dalam proses membangun ekonomi
produktif warga hunian tetap (huntap). Kondisi sosial yang tercipta di
lingkungan baru menyebabkan tumbuhnya kompleksitas kepentingan individu untuk
bertahan dalam situasi yang sulit paska letusan Gunung Merapi dan hidup
harmonis bersama budaya yang sebelumnya belum pernah mereka alami. Kondisi
prasarana dan sarana infrastruktur serta kapasitas atau keahlian dan aspnek
sosial yang telah berkembang selam ini merupakan penghambat tumbuhnya ekonomi
produktif. Budaya masyarakat yang menjalani kehidupan secara apa adanya atau
sederhana dapat menafikkan kesempatan untuk membangun kehidupan yang lebih baik
yang mampu mempercepat pemulihan, menjadikan kegiatan ekonomi memiliki nilai
tambah dan berkelanjutan.
Mensikapi kondisi masyarakat huntap tersebut, maka pada
Kegiatan Penyusunan Konsep Pengembangan Ekonomi Produktif (Livelihood) Guna
Mendukung Permukiman Kembali Melalui Kegiatan Rekompak diprioritaskan untuk
mengakomodasi variasi kontekstual sosial budaya warga huntap melalui pendekatan
partisipatif untuk mengetahui kondisi penghidupan yang sedang dijalani di lokasi
permukiman kembali. Kegiatmemahami saat-saat pemulihan dan membangun kesadaran
baru kepada masyarakat . Tim kajian selanjutnya membantu pelaku usaha di huntap
untuk mengidentifikasi berbagai kegiatan penghidupan serta pengalamannya
sebelum terjadinya erupsi Gunung Merapi serta berbagai aktivitas yang telah
berlangsung di huntap. Jalinan komunikasi dalam bentuk dialog mampu
membangkitkan kembali kesadaran masyarakat untuk membangun penghidupannya
kembali utamanya kehidupan sosial yang bermodalkan kebersamaan dan gotong
royong.
Fasilitasi warga huntap menjadi bagian penting utamanya dalam membangun kelembagaan yang dapat menjadi
ruang inovasi para anggotanya dalam rangka percepatan pemulihan dan upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga.
Peran kelembagaan sangatlah penting sebagai langkah strtategis dalam
penguatan struktur manajemen, sehingga dinamika sosial warga huntap dapat
diarahkan melalui mekanisme koordinasi kegiatan yang efisien dan efektif dalam
mencapai tujuan hidup yang berkelanjutan. Secara umum, ada tiga masalah dasar
yang dihadapi oleh warga huntap akibat erupsi Gunung Merapi, yaitu masalah
lingkungan, ekonomi dan sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar